HORIZON: AN AMERICAN SAGA – CHAPTER 1 REVIEW

0 Comments



“Horizon: An American Saga” – Chapter 1 merupakan awal dari seri film yang diproduksi, disutradarai, ditulis, dan dibintangi oleh Kevin Costner. Ia dibantu oleh Jon Baird dalam mengembangkan naskah orisinal dari Costner, Baird, dan Mark Kasdan.

Direncanakan ada memiliki total empat seri film, “Horizon: An American Saga” adalah film western drama dengan karakter-karakter fiksi, namun mengadaptasi latar sebelum dan sesudah Perang Saudara di Amerika, dengan perkiraan cerita yang dalam semestanya berdurasi selama 12 tahun.

Chapter 1 di mulai di San Pedro Valley pada 1859. Ketika pendatang kulit putih menemukan tanah yang hendak mereka jadikan rumah. Melihat orang kulit putih sebagai penyusup yang mengusik teritorial, para pejuang Apache membantai mereka dengan brutal, menjadi awal dari sejarah Amerika yang lebih sering disebut sebagai Old West.

Film-film western drama seperti ini sudah jarang kita temui di Hollywood. Dengan merencanakan seri film yang ambisius, Kevin Costner tampaknya hendak menciptakan warabala western drama baru yang lebih relevan dengan sejarah, menandingi warabala fantasi seperti “Dune” atau “Mad Max” yang sedang populer saat ini.

Horizon: An American Saga - Chapter 1 Review

Kurang Adil Mempresentasikan Kaum Kulit Putih dan Suku Indian

Topik yang hendak diangkat oleh “Horizon: An American Saga” adalah topik yang sensitif. Apalagi di tengah era keberagaman dan kerasnya gaungan isu rasisme di Amerika Serikat saat ini. Meskipun terlihat usaha untuk mempresentasikan perspektif antara karakter kulit putih dengan suku asli Apache, narasi sangat jelas terlihat bias pada karakter dari kubu kulit putih.

Screen time dan eksplorasi karakter saja lebih banyak fokus pada karakter-karakter kulit putih. Hayes Ellison yang menjadi protagonis kulit putih pun tidak memiliki karakter utama tandingan dari kubu suku asli Apache.

Bisa kita lihat pada film “Killers of the Flower Moon” memiliki representasi karakter tandingan yang seimbang, dengan Ernest Burkhart dan istirnya Mollie Burkhart.

Dengan durasi 3 jam, “Horizon: An American Saga” lebih banyak menampilkan perjalanan dan perkembangan karakter-karakter kulit putih. Begitu juga pemilihan latar musik, ketika karakter kulit putih yang muncul, musik heroik ala Golden Age Hollywood yang mengiringi. Sementara saat pembantian pejuang Apache, musik latar hadir seperti teror yang mencengkam.

Selain karakter-karakter kulit putih, ada usaha mempresentasikan keberagaman dengan menampilkan imigran Amerika-Afrika dan kaum Tionghoa. Namun pada akhirnya kaum kulit putih presentasinya tetap paling mendominasi.

Horizon: An American Saga - Chapter 1 Review

Terlalu Banyak Karakter yang Tidak Membuat Penonton Peduli

“Horizon: An American Saga” merupakan film kolosal dengan banyak karakter. Kevin Costner sebagai bintang utama saja tidak akan muncul hingga 1 jam pertama film. Masalahnya bukan karena sang bintang baru muncul setelah durasi yang cukup panjang, namun penulisan kebanyakan karakter tidak dihadirkan dengan kuat selain protagonisnya. Yang ada hanya kaum suku asli dan kaum kulit putih (dan ras pendukung lainnya), karakter-karakter ini hanya disajikan sebagai satu kelompok besar secara umum dengan steriotip generik.

Namun sebagai film dari sutradara pemenang Oscar dengan “Dances with Wolves” (1990), “Horizon: An American Saga” juga masih menyisakan ruang untuk pujian.

Sudah berpengalaman membuat film western drama berdurasi 3 jam, film Costner kali ini pun bukan film yang membosankan. Namun masalahnya adalah terlalu banyak sudut pandang karakter dan cerita yang dijejalkan, menghasilkan narasi yang bisa jadi membingungkan bagi penonton. Ada banyak karakter dan lokasi yang sepertinya bisa lebih jelas jika dipresentasikan ke dalam serial daripada film.

Produksi Western Drama yang Maksimal

Buat penggemar film western drama terutama secara nuansa dan tema visual, “Horizon: An American Saga” bisa jadi tontonan santai yang tidak membosankan. Terutama bagi yang tidak mudah ke-trigger dengan topik rasisme dan konflik ras Old West. Film ini memiliki panorama Old West yang menawan dan otentik. Dengan skala kolosal yang melibatkan banyak aktor dan figuran, membuat film memang terlihat mahal di layar.

Mulai dari tata rias dan tata busana juga detail. Kemudian dilengkapi dengan properti dalam memnghidupkan latar berbagai lokasi yang membawa kita kembali ke masa kejayaan film western drama di Hollywood.

“Horizon: An America Saga” sendiri diproduksi dengan budget 100 juta USD, untuk dua film; Chapter 1 dan Chapter 2. Chapter 2 telah direncanakan rilis pada 16 Agustus 2024, sayangnya harus mundur dulu tanpa informasi tanggal baru setelah Chapter 1 mengalami flop.

“Horizon: An America Saga” – Chapter 1 memang bukan pembuka warabala western drama ambisius terbaik dari Kevin Costner, namun kegagalan box office film ini akan berdampak pada ide-ide orisinal dalam skena film kolosal berlatar fiksi sejarah di Hollywood ke depannya. Kita tunggu apakah Chapter 2 akan lebih baik?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts