LONGLEGS REVIEW: DRAMA KRIMINAL HOROR YANG SERBA TANGGUNG

0 Comments



“Longlegs” merupakan film drama kriminal horor yang antisipatif pada pertengahan 2024. Oz Perkins sebagai sutradara sebelumnya juga telah mengarahkan film horor seperti versi gelap dari “Gretel & Hansel’ (2020), slow-burn horror “I Am the Pretty Thing That Lives in the House” (2016), serta film di bawah naungan A24,”The Blackcoat’s Daughter” (2015).

Kurang lebih film horor terbaru Perkins ini juga masih mengadaptasi estetika visual yang serupa serta pacing plot yang slow-burn.

Premis “Longlegs” akan mengingatkan kita pada “The Silence of the Lambs” (1991). Lee Harker (Maika Monroe) adalah Agen FBI yang ditugaskan untuk menginvestigasi kasus pembunuhan sederet gadis kecil oleh sosok misterius dijuluki Longlegs (Nicolas Cage). Semakin dalam investigasi Lee Harker, ia semakin ditantangan untuk mengingat kembali masa kecilnya yang tak kalah penuh misteri.

Jika film yang dibintangi oleh Jodie Foster dan Anthony Hopkins lebih condong pada tema investigasi kriminal, “Longlegs” lebih kental dengan nuansa horor ala Oz Perkins.

Longlegs

Penampilan Potensial Nicolas Cage dan Maika Monroe

Maika Monroe dan Nicolas Cage memberikan penampilan yang kuat pada masing-masing karakter. Terutama penampilan Nicolas Cage yang bikin panggling sebagai Longlegs. Namun buat penggemar Cage yang sebelumnya lebih familiar dengan penampilan komedinya, mungkin akan sedikit kesulitan memahami hype penampilan sang aktor yang kali ini bermain sebagai psikopat.

Sementara Maika Monroe memiliki penokohan menarik sebagai wanita ‘berintuisi tinggi’. Sejak awal penonton akan dibuat penasaran dengan apa rahasia yang mungkin disimpan dari latar belakang karakter Lee Harker.

Sayangnya, penampilan potensial kedua aktor utama kurang didukung dengan perkembangan cerita dan jawaban atas segala misterinya. Presentasi karakter Longlegs oleh Nicolas Cage memang mengerikan, namun tak ada kedalaman pada motivasi dan metodenya dalam melangsungkan kejahatan.

Hubungannya Longlegs dan Lee Harker yang sudah di-hinting, akhirnya juga tidak diiringi dengan chemistry yang kuat untuk meninggalkan kesan. Cukup sulit juga membayangkan bagaimana Lee Harker menjadi Agen FBI setelah masa lalunya terungkap.

Longlegs

Plot Slow-Burn yang Menegangkan Namun Kurang Materi

Bukan hal baru bagi Oz Perkins menerapkan pacing slow-burn pada filmnya. Adapun beberapa adegan jumpscare yang sinkron dengan musik latar ala formula horor klasik. Nuansa film yang didominasi dengan ketenagan, membuat adegan dimana ada suara keras atau teriakan Longlegs menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Untuk beberapa saat, ketegangan “Longlegs” cukup terjaga, hingga akhirnya tidak ada hal lagi yang terasa disajikan oleh naskahnya. Menjelang akhir, ketegangan mulai melemah karena ada momen yang antiklimaks di pertengahan plot.

“Longlegs” juga memliki masalah dalam mempresentasikan karakter lain selain Lee Harker dan Longlegs. Beberapa karakter pendukung seperti Agen Carter (Blair Underwood) dan ibu Lee Harker, Ruth Harker (Alicia Witt) memiliki penokohan yang lemah. Padahal keduanya tak kalah memberikan peran penting pada babak terakhir. Ada banyak aspek dalam film ini yang kurang dimaksimalkan materinya.

“Longlegs” hanya berdurasi 1 jam 41 menit, tapi rasanya berdurasi panjang. Terlalu banyak adegan yang terasa “kosong” pada setengah awal film, terlalu banyak yang terjadi untuk dicerna menjelang akhir. Jika saja materi misteri dan investigasinya dibuat lebih padat, membuat film ini berdurasi 2 jam lebih pun penonton tidak akan dibuat bosan.

Trik slow-burn dan suspense ala Oz Perkins pada film-film horor sebelumnya ternyata kurang cocok diaplikasikan ada film dengan sentuhan drama kriminal seperti “Longlegs”.

Drama Kriminal Horor yang Serba Tanggung

“Longlegs” bernaung di bawah genre drama kriminal dan misteri horor. Selain “The Silence of the Lambs”, film ini juga cukup mengingatkan kita pada “Seven” (1995), setidaknya menimbulkan ekspektasi demikian pada babak pertama. Namun presentasi dari kedua genre tersebut masih kurang maksimal.

Untuk elemen drama kriminalnya, kedalaman teka-teki, investigasi, dan yang terpenting, jawaban detil dari semua misteri kurang berbobot. Jadi, yang punya ekspektasi film padat dengan materi investigasi kriminal, mungkin tidak akan puas.

Begitu pula elemen horor dalam “Longlegs” tidak memiliki build up yang tepat. Setelah dibuka dengan investigasi ala drama kriminal, pertemuan dengan twist horor dengan sentuhan supernaturalnya terasa kurang pas. Semua jawaban diungkap pada babak terakhir, namun kehadiran elemen supernaturalnya terlalu mengejutkan dan aneh.

Pada akhirnya, perkawinan genre kriminal dengan horor dalam “Longlegs” kurang sukses. Padahal mulai dari premis, protagonis, antagonis utama, hingga desain produksinya juga sudah sangat memikat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts