TWISTERS REVIEW: MEMBANGKITKAN NOSTALGIA DENGAN SENTUHAN MODERN

0 Comments



Tahun 2024, dunia perfilman dikejutkan dengan hadirnya film “Twisters” yang merupakan sekuel dari film “Twister” yang dirilis pada tahun 1996. Film ini tidak hanya membangkitkan kenangan bagi para penonton lama, tetapi juga menawarkan pengalaman baru yang lebih mendebarkan dan sinematik.

“Twisters” menceritakan kisah sekelompok ilmuwan dan pemburu badai yang berusaha mengungkap misteri di balik badai tornado yang semakin sering terjadi dan semakin kuat. Fokus cerita beralih kepada karakter-karakter baru, tetapi tetap memberikan penghormatan kepada tokoh-tokoh ikonik dari film aslinya.

Latar cerita yang penuh ketegangan, diwarnai oleh efek visual yang menakjubkan, menjadikan Twisters sebagai tontonan yang layak dinantikan, terutama bagi penggemar film bencana.

Film ini berusaha memberikan kedalaman pada karakter-karakter utamanya, meskipun beberapa kritikus berpendapat bahwa karakterisasi dalam “Twisters” terkadang terasa klise. Tokoh utama yang diperankan oleh Daisy Edgar-Jones, Glen Powell, dan Anthony Ramos membawa dinamika baru dalam film ini. Mereka berperan sebagai ilmuwan muda yang idealis dan pemberani, meskipun dihadapkan dengan berbagai rintangan, tetap berusaha mencari solusi demi menyelamatkan banyak nyawa.

Salah satu aspek yang paling menonjol dari “Twisters” adalah penggunaan efek yang canggih untuk menggambarkan kedahsyatan badai tornado. Dengan menggunakan teknologi CGI, film ini berhasil menyajikan adegan-adegan bencana yang realistis dan menegangkan. Setiap tornado yang muncul terasa hidup dan mengerikan, memberikan pengalaman menonton yang imersif.

Tidak hanya secara visual, ketegangan film semakin terasa karena menampilkan musik dan scoring yang tepat dalam mendukung setiap momennya. Desain produksi, scoring dan efek visualnya berhasil menggambarkan bencana tornado yang begitu kacau.

Lee Isaac Chung, yang dikenal melalui film “Minari”, berhasil membawa sentuhan artistiknya ke dalam genre yang sangat berbeda ini. Meskipun “Twisters” adalah film bencana, Chung berhasil menyisipkan momen-momen emosional yang mengikat penonton dengan karakter dan cerita. Namun, beberapa penonton mungkin merasa bahwa alur cerita berjalan sedikit lambat pada beberapa bagian, meskipun ini diimbangi oleh ketegangan yang terus meningkat.

Sejauh ini, “Twisters” telah menerima beragam ulasan dari para kritikus. Banyak yang memuji visual dan special effect-nya, serta upaya film ini untuk menggali tema yang lebih dalam terkait perubahan iklim dan dampaknya. Namun, ada juga yang merasa bahwa film ini masih kurang dalam hal pengembangan karakter dan narasi yang mendalam.

Sebagai sebuah sekuel, “Twisters” berhasil menawarkan nostalgia sekaligus memperbarui waralaba ini untuk generasi baru. Dengan visual yang memukau dan ketegangan yang terjaga sepanjang film, “Twisters” layak menjadi tontonan bagi pecinta film aksi dan bencana. Namun, seperti banyak film blockbuster lainnya, film ini mungkin lebih mengutamakan aksi dibandingkan pengembangan karakter yang kompleks. Selain itu juga kurangnya kesan emosional yang didapatkan dalam “Twisters”.

Film ini merupakan standalone sequel, jadi penonton tidak harus menonton “Twister” (1996) yang memiliki hubungan cerita langsung. Bahkan bisa lebih tepat dikatakan bahwa ini adalah film remake.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts